Hadapi Pandemi, Gubernur Jatim Ajak Masyarakat Ketuk Pintu Langit

    Hadapi Pandemi, Gubernur Jatim Ajak Masyarakat Ketuk Pintu Langit

    MOJOKERTO - Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa dalam kesempatan peringatan 1 Muharam 1443 H di Gedung Negara Grahadi Surabaya, mengajak kepada semua elemen masyarakat untuk ikhtiar dengan lebih bersungguh-sungguh secara berseiring mengetuk pintu langit melalui memperbanyak salawat dan berzikir agar pandemi Covid-19 ini hilang, Senin (9/8) malam. 

    Gubernur menyampaikan, penyebaran Covid-19 sangat masif, karena itu, peningkatan kekuatan spiritualitas menjadi sangat penting, secara beriringan berikhtiar, selain ikhtiar dengan penangan medis.

    Menurutnya, berbagai ikhtiar telah dilakukan, baik dari pemerintah provinsi, Forkopimda, maupun kabupaten/kota di Jatim. Jumlah bed di rumah sakit telah ditambahkan, alat logistik seperti alat pelindung diri (APD) maupun disinfektan telah disiapkan. Semuanya dilakukan untuk mencegah terjadinya penyebaran Covid-19.

    “Tetapi ada sesuatu kekuatan yang kita ingin berseiring dengan seluruh ikhtiar baik dari pemerintah, paramedik, relawan dan semuanya. Kita mohonkan kepada para masyayikh, para ulama, para kiai bagaimana mengetuk pintu langit melalui proses religiusitas dengan bermunajat kepada Allah SWT dengan mengajak seluruh kekuatan pesantren, para masyayikh, para ulama berseiring dengan keinginan kita supaya Indonesia dan Jatim terbebas dari wabah Covid-19, ” ujar Khofifah.

    Direktur Pascasarjana IAIN Jember Prof.Dr. K.H. Abdul Halim Soebahar MA dalam ceramahnya mengatakan, dalam ajaran Islam, hijrah dan ibadah lainnya, baik ibadah ritual maupun ibadah sosial selalu memiliki tujuan yang dikenal dengan istilah maqashid al-syariah.

    Maqashid al-syariah adalah untuk mendatangkan sebanyak mungkin kemaslahatan dan menghindarkan dari kemudaratan. Namun dalam merealisasikan maqashid tersebut dibutuhkan kemampuan untuk mengelompokkan tingkatan maqashid-nya, karena tidak semua maqashid setingkat dan sederajat.

    Bertolak dari peristiwa Hijrah Nabi Muhammad SAW, maka hijrah dapat dipahami bukan hanya sebagai peristiwa perpindahan dari suatu tempat ke tempat yang lain, tetapi lebih dari itu, mengandung makna perpindahan atau perubahan dari suatu kondisi ke kondisi lain yang lebih baik.

    (***)

    Jawa Timur Jatim
    Hari Prastyo

    Hari Prastyo

    Artikel Sebelumnya

    Vaksinasi di Mojokerto, Danrem 082/CPYJ:...

    Artikel Berikutnya

    Lagi, Terduga Teroris Ditangkap di Jawa...

    Berita terkait

    Rekomendasi berita

    Perkuat Ukhuwah, NU Kertosari Gandeng Pemerintah Desa Selenggarakan Safari
    Iptu MK Umam Kasi Humas Polresta Mojokerto Jadi Peserta Publik Speaking
    Donasi Ratusan Juta, Terdistribusi Hanya Puluhan Juta, Ada Apa dengan PC. LAZISNU Kab. Mojokerto?
    Tingkatkan Kedisiplinan, MI Badas Terapkan Finger Print untuk Guru dan Siswa
    Menelaah Gerakan Salafi Progresif

    Tags